Sabtu, 26 Oktober 2013

BAB 4 PERILAKU KONSUMEN

MOTIVASI DAN KETERLIBATAN




Pengertian Motivasi


Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakikan sesuatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti “dorongan” atau rangsangan atau “daya penggerak” yang ada dalam diri seseorang.

Definisi motivasi menurut beberapa ahli :
o   Menurut Weiner (1990), motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu.
o   Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan kehormatan

  
  Dinamika Proses Motivasi
  Proses motivasi:
1.   Tujuan
   Perusahaan harus bisa menentukan terlebih dahulu tujuan yang ini dicapai, baru kemudian konsumen dimotivasi ke arah itu
2.Mengetahui kepentingan
   Perusahaan dapat mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan perusahaan semata.
3.   Komunikasi efektif
   Melakukan komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan apa yang mereka dapat
4.Integrasi tujuan 
   Proses motivasi perlu menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen. Tujuan perusahaan adalah mencari laba serta perluasan pasar. Tujuan individu konsumen adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Kedua kepentingan diatas harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
5.   Fasilitas
   Perusahaan memberikan fasilitas agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.


Tujuan Motivasi Konsumen

Tujuan motivasi konsumen adalah:


A. Meningkatkan kepuasan.


B. Mempertahankan loyalitas.


C. Efisiensi .


D. Efektivitas.


E. Menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dengan pembeli atau konsumen.




Asas-Asas Motivasi
1.
Asas mengikutsertakan, artinya mengajak bawahan atau karyawan untuk berpartisipasi dan memberikan kesempatan bertanya dan mengajukan pendapat, dalam pengambilan suatu keputusan.
2.
Asas komunikasi, yaitu menginformasikan tujuan dan kendala-kendala dalam suatu proses dengan jelas dan akurat.
3.
Asas pengakuan, yaitu memberikan penghargaan,pukian dan pengakuaan yang tepat kepada bawahan yang berprestasi.
4.
Asas wewenang yang didelegasikan, yaitu memberikan kewenangan, dan kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreatifitasnya ia mampu mengerjakan.
5.
Asas adil dan layak, artinya jenis motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas keadilan dan kelayakan terhadap semua karyawan.
6.
Asas perhatian timbal balik, artinya bawahan yang berhasil mengerjakna tugas dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis motivasi.



Kebutuhan dan Tujuan dalam Konteks Perilaku Konsumen

Kebutuhan konsumen dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1. fisiologis. Dasar-dasar kelangsungan hidup, termasuk rasa lapar, haus dan kebutuhan hidup lainnya.


2. keamanan. Berkenaan dengan kelangsungan hidup fisik dan keamanan


3. afiliasi dan pemilikan. Kebutuhan untuk diterima oleh orang lain, menjadi orang penting bagi mereka.


4. prestasi. Keinginan dasar akan keberhasilan dalam memenuhi tujuan pribadi


5. kekuasaaan. Keinginan untuk emndapat kendali atas nasib sendiri dan juga nasib orang lain


6. ekspresi diri. Kebutuhan mengembangkan kebebasan dalam ekspresi diri dipandang penting oleh orang lain.


7. urutan dan pengertian. Keinginan untuk mencapai aktualisasi diri melalui pengetahuan, pengertian, sistematisasi dan pembangunan system lain.


8. pencarian variasi. Pemeliharaan tingkat kegairahan fisiologis dan stimulasi yang dipilih kerap diekspresikan sebagai pencarian variasi


9. atribusi sebab-akibat. Estimasi atau atribusi sebab-akibat dari kejadian dan tindakan.





Klasifikasi Motif



Banyak sekali klasifikasi motif, sesuai dengan sesuatu yang mendasarinya. Klasifikasi yang banyak dikenal antara lain:


1)  Motif Primer dan Motif Sekunder


Motif Primer sangat bergantung pada keadaan fisio-kemis dalam tubuh organic seseorang, sedangkan Motif Sekunder adalah semua motif yang tidak berlangsung dalam tubuh manusia.




2)  Motif Instrinsik dan Motif Ekstrinsik


Motif Instrinsik adalah motif yang timbul dari dalam dan Motif Ekstrinsik ditimbulkan dari luar.



3)  Motif Tunggal dan Motif Bergabung


Motif Tunggal dan Motif Bergabung adalah klasifikasi motif berdasarkan banyaknya.



4)  Motif Mendekat dan Motif Menjauh


Motif Mendekat dan Motif Menjauh adalah klasifikasi motif berdasarkan pada reaksi organisme terhadap rangsangan yang datang.



5)  Motif Sadar dan Motif Tak Sadar


Motif Sadar dan Motif Tak Sadar didasarkan pada taraf kesadaran manusia pada motif yang melatarbelakangi tingkah lakunya.



6)  Motif Biogenetis, Sosiogenetis dan Teogenetis


Didasarkan pada asalnya, Motif Biogenetis adalah motif yang berasal dari kebutuhan organisme. Motif Sosiogenetis adalah motif yang dipelajari dan berasal dari lingkungannya. Dan Motif Teogenetis adalah yang berasal dari interaksi manusia dengan Tuhan.




Metode dan Bentuk Pemberian Motivasi



Metode atau cara yang digunakan perusahaan dalam pemberian motivasi terdiri atas:



A. Metode langsung (Direct Motivation)


Motivasi langsung adalah motivasi (materiil atau non materiil) yang diberikan secara langsung kepada setiap konsumen untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Hal ini sifatnya kusus, seperti bonus, tunjangan, penghargaan terhadap pelanggan dan lain-lain



B. Metode tidak langsung (Indirect Motivation)


Metode tidak langsung adalah motivasi yang diberikan  hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah konsumen untuk melakukan pembelian. Seperti pelayanan yang memuaskan, kualitas barang ditingkatkan dan lain sebagainya. Sedangkan bentuk motivasi yang diberikan oleh perusahaan dapat dalam bentuk insentif positif maupun insentif negatif:


         
1)  Motivasi positif (insentif positif)


Di dalam motivasi positif produsen tidak saja memberikan dalam bentuk sejumlah uang tapi bias juga memotivasi (merangsang konsumen) dengan memberikan diskon, hadiah, pelayanan yang optimum yang ditunjukan pada diferensiasi dari positioning yang dilakukan kepada mereka yang melakukan pembelian dan yang akan melakukan pembelian.



2)  Motivasi negative (insentif negative)


Di dalam motivasi negatif produsen memotivasi konsumen dengan standar pembelian, maka merekan akan mendapatkan ganjaran. Dengan motivasi negatif ini semangat konsumen dalam jangka waktu pendek akan meningkat untuk melaksanakan pembelian karena mereka mempunyai kepentingan terhadap kebutuhan tersebut.





Hierarki Kebutuhan Maslow

1. Kebutuhan Fisiologis, yang merupakan kebutuhan paling dasar pada manusia. Antara lain ; pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan (minuman), nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, serta seksual.

2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis. Perlindungan fisik, meliputi perlindungan dari ancaman terhadap tubuh dan kehidupan seperti kecelakaan, penyakit, bahaya lingkungan, dll. Perlindungan psikologis, perlindungan dari ancaman peristiwa atau pengalaman baru atau asing yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang.

3. Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan, dan kekeluargaan.

4. Kebutuhan akan harga diri dan perasaan dihargai oleh orang lain serta pengakuan dari orang lain.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, ini merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, yang berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain atau lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.



Teori-Teori Kebutuhan 

1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
o    Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
o    Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
o    Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.



Keterlibatan

Keterlibatan adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi spesifik hingga jangkauan kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan resiko dan mamaksimumkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian.
Keterlibatan mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya arau relevansi personal suatu objek, kejadian, atau aktivitas. Konsumen yang melihat bahwa produk yang memiliki konsekuensi relevan secara pribadi dikatakan telibat dengan produk dan memiliki hubungan dengan produk tersebut. 



Fokus Keterlibatan

Beberapa konsumen terlniat dengan kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran seperti mengumpulkan kupon diskon, belanja pakaian, mencari harga terendah, atau tawar menawar dengan penjual. Adalah penting bahwa pemasar dengan jelas mengidentifikasikan focus keterlibatan konsumen. Pemasar perlu mengetahui dengan cepat apa yang disebut sebagai relevan secara pribadi oleh konsumen : produk / merek, objek, perilaku, kejadian, situasi, lingkungan, atau beberapa bahkan semua hal diatas. Karena sebagian besar pemasar tertarik dengan keterlibatan konsumen dengan produk dan merek. 



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan
• Relevansi – Pribadi Intrinsik Mengacu pada pengetahuan arti akhir konsumen yang disimpan dalam ingatan. Konsumen mendapatkan pengetahuan arti-akhir ini melalui pengalaman masa lalu mereka terhadap suatu produk. Pada saat menggunakan suatu produk, konsumen belajar bahwa ciri produk tertentu memiliki konsekuensi yang dapat membantu mencapai tujuan dan nilai yang penting.

• Relevansi Pribadi Situasional Ditentukan oleh aspek lingkungan fisik dan social yang ada disekitar kita yang dengan segera mengaktifkan konsekuensi dan nilai penting, sehingga membuat produk dan merek yang terlihat secara pribadi dan relevan.

Sumber :

Jumat, 18 Oktober 2013

tulisan 3 perilaku konsumen - bab3


PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH KONSUMEN



      1)  Model Proses Pengambilan Keputusan

Model-model pengambilan keputusan kontemporer ini menekankan kepada aktor yang berperan pada pengambilan keputusan yaitu konsumen, serta lebih mempertimbangkan aspek psikologi dan sosial individu.

Secara umum ada tiga cara/model analisis pengambilan keputusan konsumen, yakni:
1.      Economic Models, pengambilan keputusan diambil berdasarkan alas an ekonomis dan bersifat lebih rasional.
2.     Psychological models, diambil lebih banyak akrena lasan psikoligs dan sejumlah faktos sosilogis seperti pengaruh keluarga dan budaya
3.     Consumer behaviour models. Model yang umumnya diambil kebanyakan konsumen, Dilandasi oleh faktos ekonimis rasional dan  psikologis.

Quade membedakan model ke dalam 2 tipe yakni :
1.Model kuantitatif
Model kuantitatif (dalam hal ini adalah model matematika) adalah serangkaian asumsu yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau merupakan instruksi bagi computer, yang berupa program-program untuk computer. Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secar lengkap melalui asumsi-asumsi, kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau instuisi mengenai proses dunia nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.  

2.Model kualitatif
Model kualitatif didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika dibandingkan degan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibulatkan model.
Gullet dan Hicks memberikan beberapa klasifikasi model pengambilan keputusan yang kerapkali digunakan untuk memecahkan masalah seperti itu (yang hasilnya kurang diketahui dengan pasti).

Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu :
1. Model Preskriptif
Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil keputusan.

2.Model Deskriptif
Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu.
Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif berdasarkan pada realitas observasi.


2) Tipe-Tipe Proses Pengambilan Keputusan
   Pengambilan keputusan dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
   a)        Keputusan terprogram/keputusan terstruktur  
   keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga dapat diprogram.Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah.

   b)        Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur
   keputusan yg sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan2 serta analisis yg terperinci.

  c) Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur 
   keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar.



3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah

  a.  Masalah Sederhana (Simple Problem)
Ciri :
berskala besar, tidak berdiri sendiri (memiliki kaitan erat dengan masalah lain),mengandung konsekuensi besar,pemecahannya memerlukan pemikiran yang tajam dan analitis

Scope:
pemecahan masalah dilakukan secara kelompok yang melibatkan pimpinan dan segenap staf pembantunya

Jenis :
masalah yang terstruktur (structured problems) dan masalah yang tidak terstruktur(unstructured problem)


    b.  Masalah Rumit (Complex Problem)
 Definisi :
masalah yang jelas factor penyebabnya,bersifat rutin dan biasanya timbul berulang kali sehingga pemecahannya dapat dilakukan dengan teknik pengambian keputusan yang bersifat rutin,repetitive dan dibakukan.
Contoh : penggajian,kepangkatan dan pembinaan pegawai,masalah perijinan,dll

Sifat pengambilan keputusan :
relatif lebih mudah atau cepat,salah satu caranya dengan penyusunan metode/prosedur/program tetap(SOP)


     c.   Masalah yang Terstruktur
  Definisi :
penyimpanan dari masalah organisasi yang bersifat umum,tidak rutin,tidak jelas factor penyebabnya dan konsekuensinya,serta tidak repetitive kasusnya

Sifat pengambilan keputusan :
relatif lebih sulit dan lebih lama,diperlukan perilaku konsumen yang bersifat non-programmed decision-making


     d.  Masalah yang Tidak Terstruktur
  Pendefinisian masalah yang baik:
o   Fakta yang dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif dipisahkan dari persepsi
o   Semua pihak yang terlibat diperlukan sebagai sumber informasi
o   Masalah harus dinyatakan secara eksplisit/tegas,untuk menghindari dari pembuatan definisi yang tidak jelas
o   Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak-sesuaian antara standar atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataannya yang terjadi
o   Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas,pihak-pihak yang terkait atau berkepentingan dengan terjadinya masalah
o   Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar.



4) Pembelian 
  Brown dkk. (2001:132) menyatakan bahwa secara umum pembelian bisa didefinisikan sebagai: "managing the inputs into the organization's transformation (production process)."  Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa pembelian merupakan pengelolaan masukan ke dalam proses produksi organisasi.
   
   Aktivitas dalam proses pembelian :
1.   Permintaan pembeliaan
2. Pemilihan Pemasok
3. Penempatan order pembelian
4. Penerimaan Barang
5. Pencatatan transaksi pembelian

   Pengertian keputusan pembelian, menurut Kotler & Armstrong (2001: 226) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli.

   Ada 3 aktivitas yang berlangsung dalam proses keputusan pembelian oleh konsumen yaitu ( Hahn, 2002 : 69 ) :
   a. Rutinitas konsumen dalam melakukan pembelian.
   b. Kualitas yang diperoleh dari suatu keputusan pembelian.
   c. Komitmen atau loyalitas konsumen yang sudah biasa beli dengan produk pesaing.
   
   Menurut Kotler ( 2002 : 183 ), perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh :
   o   Faktor budaya
   o   Faktor Sosial
   o   Faktor Pribadi, yang terdiri dari usia dan tahap siklus hidup; pekerjaan dan lingkungan ekonomi; gaya hidup dan kepribadian dan konsep diri.
   o   Faktor Psikologis, yang terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran,keyakinan dan sikap.



5)  Diagnosa Perilaku Konsumen

     Dalam pengambilan keputusan meliputi 5 tahap:
        1.   Penetapan Masalah
        2. Pencarian Informasi
        3. Evaluasi Terhadap Pilihan
        4. Pemilihan
        5. Hasil Pemilihan


     Langkah-langkah berikut ini dapat ditrasformasikan ke dalam tahap-   tahap keterlibatan konsumen dalam pengambilan keputusan yang  kompleks :
         1)  Need Aurosal
        2) Proses informasi konsumen
        3) Evaluasi merek
        4) Pembelian
        5) Evaluasi sesudah pembelian


    Pengambilan keputusan yang komplek seringnya untuk produk berkategori :
               ·        Barang dengan harga tinggi
               ·        Barang yang mempunyai risiko penampilan seperti mobil dan   produk medis
               ·        Barang yang kompleks seperti komputer
               ·        Barang special seperti peralatan olah raga, perabot
               ·        Barang yang berhubungan dengan ego seseorang seperti pakaian, kosmetik



Sumber :