Sinopsis Novel 9
Summers 10 Autumns
Karya Iwan
Setyawan
Di tengah
keramaian kota New York, di perjalananku menuju stasiun Fleetwood tiba-tiba ada
2 orang laki-laki yang tak ku kenal mendekatiku dan mencengkeram erat lenganku.
Aku merasakan setuhan pisau di perutku, mereka mengambil semua uangku hanya
debit card, foto keluarga saja yang tersisa dan rasa sakit di bibirku. Tetapi ditengah
semua kejadian itu aku untuk pertama kalinya bertemu dengan Dia seorang bocah
yang memakai seragam putih merah. Dia mengingatkanku
pada diriku sendiri waktu kecil.
Mulai dari hari
itu Aku sering berjumpa dengan bocah tersebut,untuk berbagai cerita. Di masa
kecilku, Aku tinggal di rumah yang sederhana tak banyak kenangan indah yang ku
ingat karena hidupku yang sederhana walaupun begitu disana Aku,Mbak Isa, Mbak Inan, Rini, dan
Mira tumbuh bersama dengan cinta dan kesederhanaan didampingi oleh Bapak dan
Ibuku. Di rumah itu pula Aku merasakan hangatnya kasih sayang dari keluargaku. Rumah
yang membuatku ingin mendapatkan kamar sendiri. Kuceritakan tentang rumahku di
sepanjang makan malam di Grand Central Terminal.
Selama berjalan
di sepanjang Brookly Bridge, Aku menceritakan pada bocah kecil berseragam putih
merah itu tentang Bapakku, Abdul Hasim. Kukatakan padanya bahwa kedua orang
tuaku tidak pernah duduk dibangku sekolah. Ayahku adalah sopir angkot. Ia
berjuang mengumpulkan uang demi keluarganya dengan membeli mobil bekas. Walaupun
cuma sopir angkot , aku tetap bangga padanya. Tiba-tiba Aku memeluk bocah kecil
itu sambil berkata :”Aku kangen Bapak”. Itu
yang memberikan Aku kekuatan.
Setelah beberapa
kali Aku bertemu dengan bocah itu, mulai kuceritakan saudara-saudaraku yang pertama
Mbak Isa. Dia adalah kakak pertamaku. Ia yang memberikan kesempatan kepada
adiknya yang ingin kuliah. Ia sudah menikah dan dikaruniai 2 orang anak dan sekarang bekerja sebagai guru SD . Dia
adalah pahlawan bagiku. Lalu kakak keduaku, Mbak Inan dengan kekuatan sastranya
dalam membaca puisi. Kisahku dengan adikku Rini yang selalu punya tempat khusus
dihatiku. Ia adalah sahabatku. Dan adik bungsuku Mira dengan pribadinya yang
hangat dan sekarang Ia menjadi dokter hewan.
Sabtu sore
dimusim gugur, kuceritakan kisahku saat Aku lahir pada bocah itu. Kelahiranku
adalah kegembiraan untuk orang tuaku terutama Bapakku. Aku tumbuh menjadi anak
rumahan dan ketika memasuki SD Aku baru berani tidak ditemani oleh Ibuku. Aku memiliki
banyak prestasi mulai akademik maupun
seni.
Kemudian kisahku
pada saat Aku berhasil lolos mendapatkan PMDK di Institut Pertanian Bogor
jurusan statisika. Dan semua kesusahaku yang ku alami sampai saat Aku sudah
bekerja. Aku mulai karierku di Nielsen
Jakarta hingga aku terbang ke Amerika
dan bertemu dengan Mbak Ati.
Hingga puncaknya
Aku sangat merindukan akan rumah kecilku dan akhirnya kuputuskan untuk berhenti
dari Nielsen . Lalu Aku menanyakan tentang masalahku padanya. Tenyata dia akan pergi ke Indonesia bersamaku . Aku
sangat senang mendengarnya. Pada suatu hari aku akhirnya kembali ke Indonesia
bersama bocah kecil itu, dan berjumpa dengan seluruh keluargaku. Kemudian aku mengajak
dia pergi ke Gunung Rinjani di Lombok dan sesampainya dipuncak Rinjani ,
selepas dia pergi meninggalkanku . aku tak tahu kemana masa depan ini akan
membawaku? Aku hanya inggin melangkah maju .
Salah satu
langkah besar terjadi setahun setelah perjalanan ke Rinjani ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar